Entri yang Diunggulkan

Makalah jumlah uang beredar

Tugas            : Makalah Mata Kuliah : Ekonomi moneter I Jumlah uang beredar Oleh                                    ...

Senin, 11 November 2019

Tentangmu Sang Penunjuk Duniaku



Tak terasa. Kini, 44 hari telah di depan mata. Namun kebiasaan saat masih ada kamu masih saja aku lakukan. Contohnya pada pagi hari pasti saja ada pertanyaan yang sangat melekat padaku ketika aku duduk tepat di depanmu dengan secangkir kopi buatanmu dan pertanyaan itu seperti ini "Semalam kamu pulangnya jam berapa" . Itu yang sampai saat ini aku sering menunggu saat pagi hari. Haahaaa keliatannya aku terperangkap dalam mimpi yang tak kunjung usai. Mama sedang apa kamu saat ini? Aku rindu. Aku yakin pasti kamu sedang melihatku, dan itu pasti. Karna kemarin terlintas ada sebuah ungkapan dari orang yang begitu mencintaimu, seperti ini katanya "Koko kalo sholat bawa semua yah, mama masih ada hanya saja kita beda alam" . Seketika itu aku ingin menangin, namun diri ini tak mampu membuantmu tersiksa dengan ingatan tentangku. Mama aku yakin dan itu pasti kita akan bertemu, cepat atau lambat itu pasti karna itu adalah hukum alam. Sungguh, mama ketika kau pergi rumah yang dulu ramai sekarang, terasa begitu sepih. Kadangkala aku sering kaget di pagi hari saat mentari memanjakan mataku lalu dengan tergesah-gesah pergi di tempat yang selalu kau duduk saat pagi hari. Dan saat itu, aku hanya bisa tersenyum yang terbalut sedih ternyata aku terbangun karena terlintas suaramu mama. Sekarang rumah yang dulunya begitu ramai sekarang bagaikan rumah kosong tak berpenghuni. Aku sering berpikir kenapa, saat mama masih ada begitu banyak sanak saudara yang bergantian berdatangan tapi saat mama telah pergi mereka seakan lupa kalau dulu irumah ini adalah tempat mereka berbagi cerita. Apakah rumah ini sudah terasa asing! Ataukah aku yang sedang merasa terasingkan oleh keadaan?. Entah lah aku pun tak mengerti, mungkin ini sudah suratan takdir jika keluhan pun tak lagi berarti karna semua telah terjadi. Mama, sedih sebenarnya diriku ini kala harus tanpamu. Namun, ini adalah ceritamu yang telah di tulis oleh sang pencipta pasca kau buat perjanjian dengan sang pencipta. Aku pun sebaliknya mungkin saja esok aku menyusulmu. Mama, malamku kini tak seindah malam-malam saat kau masih ada. Sungguh, karna ketika masih ada kau pasti saja di ruangan tengah rumah ini pasti saja terpampang para biduan dangdut yang sedang bernyanyi di televisi dengan siaran yang sungguh kau sukai. Ummm, benarkan! Mama?. Aku masih ingat, tak mungkin kulupakan, kebiasaan yang begitu melekat dengan dirimu. Ada juga satu tempat yang kalo kata kak Mis itu "Kursi kebesaran" yang berada tepat di samping televisi yang selalu memanjakan matamu. Mama, kini aku tak lagi mendengar kata-kata dan kalimat dengan nada keras saat psgi hari. Karna, kebiasaan itu hanya ada padamu mama. Juga, sekarang tak lagi kudengar sindiranmu yang sering membuat cucumu tersipu malu, sindiran itu seperti ini "Cepat sana ganti baju jangan tunjukan bunga rosimu". Mama, apakah rumah ini akan ramai lagi! Ataukah, akan selamanya seperti ini meski aku tau kelak nanti ada seseorang yang akan datang dan bermukim disini bersama-sama denganku dan juga dengan orang yang begitu mencintaimu. Mama, sungguh aku rindu dan selamanya akan tetap merindu.      Mama, tak apalah yang terpenting kau tenang di alam sana dan aku tegar disini. Juga, aku kuat karena masih ada cintamu yang tak memudar serta masih ada tugasku yang kau tinggalkan yaitu menjaga pasanganmu dan wujudkan apa yang kau harapkan dariku.


#KataDemiKataYangTakPernaUsai


Furkan Sangaji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar