Entri yang Diunggulkan

Makalah jumlah uang beredar

Tugas            : Makalah Mata Kuliah : Ekonomi moneter I Jumlah uang beredar Oleh                                    ...

Jumat, 30 November 2018


KINERJA DOSEN DAN MOTIVASI MAHASISWA

(Studi Kasus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun)









Diajukan Untuk Mengikuti
Lomba Riset
Nama :
Furkan A. Sangaji
M. Rifai Badaruddin
Nurhasanah Kamarullah
NPM :
02031611007
02031711053
02031711109


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2018















DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi............................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii

BAB    BAB I PENDAHULUAN
1         1.1  Latar Belakang.......................................................................................... 1
1         1.2  Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1         1.3  Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1         1.4  Manfaat Penulisan..................................................................................... 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Landasan Teori.......................................................................................... 5
      2.1.1 Kinerja Dosen ........................................................................................ 5
      2.1.2 Penilaian Kinerja Dosen ........................................................................ 8
      2.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa .................................................................. 10
  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 13

BAB III METODE PENULISAN
3.1  Pendekatan Penulisan................................................................................ 14
3.2  Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 14
3.3  Teknik Analisis.......................................................................................... 14
3.4  Sasaran Penulisan.......................................................................................14
3.5  Tahapan Penulisan .................................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN
4.1  Penilaian  kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun          15
4.2  Meningkatkkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis            17

BAB V PENUTUP
5.1  Kesimpulan................................................................................................19
5.2  Saran ......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20












KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa yang telah memberikan kita limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini, tak lupa pula penulis panjat salawat serta salam kepada nabi Allah Mahammad SAW serta para sahabatnya dan keluarganya yang telah memperjuangkan Islam.
Penulisan ini dibuat dengan maksud untuk menambah pemahaman mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun Ternate terkait dengan kinerja dosen dan motivasi belajar mahasiswa. Penulisan ini juga bertujuan untuk menjadikan bahan evaluasi bagi seluruh Dosen sehingga mampu memberi pengajaran yang dapat memotivasi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan serta lebih tekun dan giat untuk  belajar  kepada seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun Ternate. Sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik  para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khirun Ternate.
Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Berkat bantuan dan do’a penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan tepat waktu. Tulisan ini takkan sempurna jika tidak ada sumbangsi materi dari semua pihak yang telah mebantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan oleh penulis demi kesempurnaan tulisan ini.


Ternate, 23 Oktober 2018


             Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah satu wadah yang dimana telah menjadi kebutuhan dalam pembinaan yang mampu merubah manusia yang lebih bermartabat. Karena manusia harus memiliki pijakan dalam merubah paradigma yang dapat membangun sebuah peradaban baru. Maka dari itu, pendidikan sangatlah penting dalam hidup berbangsa dan bernegara. Khususnya dalam pendidikan Indonesia yang telah diamanatkan dalam UUD 1945. Berdasarkan konstitusi sebelumnya, bahwa tujuan dari  pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
        Dewasa ini kita diperhadapkan dengan suatu bentuk bagaimana cara menjadi Negara yang maju terutama di bidang pendidikan. Sebagaimana di ketahui  bawasannya dalam sistem pendidikan Indonesia mengacu pada sisitem pendidikan Nasional yang merupakan sistem pendidikan yang membawa kemajuan dan perkembangan bangsa serta menjawab tantangan zaman yang selalu berubah-ubah saat ini. Dalam hal ini tertuang dalam UU RI NO. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah sebagai berikut:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah ”
Adapun misi yang diemban oleh SISDIKNAS adalah:
“Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat (UU RI SISDIKNAS:41).”
Oleh karena itu, bangsa Indonesia di tuntut memiliki keunggulan dalam berbagai bidang kehidupan agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Untuk itu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan terutama pendidikan tinggi dalam menghasilkan sumber daya manusia terdidik dan profesional. Menurut Sulastri (2007) Bahwa untuk menghasilkan sarjana yang berkualitas sesuai kebutuhan masyarakat dan dapat bersaing di pasar bebas, perguruan tinggi harus menata manejemen diantaranya menilai efektif kerja dosen dengan cara memperbaiki sikap, perilaku, keterampilan, dan meningkatkan pengetahuan para dosen sesuai dengan keinginan perguruan tinggi yang akan berpengaruh terhadap kualitas dosen dan hasil perguruan tinggi.
Akan tetapi mengenai fenomena yang saat kita sebagai mahasiswa rasakan secara bersama, masih dihadapkan oleh pelbagai banyak persoalan/kelemahan apabila dibandingkan dengan harapan masyarakat dan juga apabila dibandingkan dengan perguruan tinggi negara-negara lain yang masih sama dalam kategori negara berkembang. Hal ini ditegaskan oleh Isham (2004:4) dalam Thoyib et all (2012) bahwa kelemahan dalam perguruan tinggi salah satunya adalah rendahnya kinerja dosen, sebagaimana yang sering diungkapkan oleh mahasiswa diantaranya adalah : (i) kurang mempersiapkan materi perkuliahan yang mau diajarkan, (ii) sering tidak masuk kelas dan tidak datang ke kampus, (iii) sering mendelegasikan tugas mengajar kepada para asisten, (iv) tidak membahas tugas-tugas dan latihan/ ujian yang diberikan agar mahasiswa mengetahui dimana kesalahannya, (v) membuat ketentuan penilaian ujian yang berbeda-beda antar sesama dosen, dan (vi) susah dihubungi atau dijumpai apabila ingin berkonsultasi atau meminta penjelasan atas sesuatu hal.
Disamping itu masih rendahnya kinerja dosen juga diindikasikan fakta berikut: (i) dosen mengajar kurang mecocokan dengan silabus, (ii) media dan metoda yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang kurang bervariasi, (iii) mempunyai kecenderungan untuk mengajar materi pelajaran  yang sama pada tahun ajaran yang berikutnya, (iv) hasil penataran kurang disosialisasikan, dan (v) jam perkuliahan dimulai kuran tepat waktu oleh sebagian dosen (Alhamda dan Sanusi, 2006).
 Oleh karena itu, kinerja dosen merupakan salah satu instrumen dalam perguruan tinggi untuk peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz (2001:115) dalam  Pujadi (2007) melalui pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Jika pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka mahasiswa akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk memahami setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang bersangkutan.
Tusriwandi (2015) menyatakan bahwa dosen yang mempunyai kinerja yang baik dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa karena tinggi atau rendahnya hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar. Oleh karena itu dosen yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam rangka ini dosen tidak semata – mata sebagai “pengajar” yang melakukan Transfer Of Knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan Transfer Of Values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun peserta didiknya dalam belajar (Mulyasa, 2005) dalam Nurhadi (2012).
 Dengan demikian dosen selaku tenaga pendidik di perguruan tinggi merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mampu menampilkan semua kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Keberadaan tenaga pendidik sangat penting karena dia satu-satunya instrument dalam perguruan tinggi yang bekerja dari dalam untuk menopang motivasi belajar mahasiswa (Pujadi, 2007).

1.2 Rumusan Masalah
     Berdasarkan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Penilaian  kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun?
2.      Bagaimana meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun?
1.3 Tujuan Penulisan
     Berdasarkan latar belakang diatas penulisan ini bertujuan untuk mengetahui:
1.      Menjelaskan penilaian  kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun
2.      Menjelaskan cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Khairun
1.4. Manfaat Penulisan
1.      Bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Perluasan pengetahuan dan meningkatkan wawasan basic keilmuan.
2.      Bermanfaat bagi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk menjadi bahan evaluasi dalam proses pengajaran.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja Dosen
Kinerja seringkali digunakan artinya untuk capaian kerja yang di peroleh seseorang dalam mengembang suatu pekerjaan/tanggung jawab yang telah disepakati secara bersama. Kinerja didefinisikan sebagai hubungan antara hasil kerja nyata dengan harapan yang telah ditetapkan sebelumnya atau pembandingan dengan hasil yang dicapai oleh orang lain (Robbins,2001) dalam (Nugraheni, 2012).  
Akan tetapi kinerja lebih menekankan pada proses pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Sinambela, dkk (2011)  dalam Sinambela (2016;480) mengemukakan bahwa kinerja didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu yang dibebankan kepadanya, untuk itu, diperlukan penentuan kriteria yang jelas dan terukur, serta ditetapkan secara besama-sama untuk dijadikan sebagai acuan.
Jika ditinjau berdasarkan etimologinya, kinerja berasal dari kata performace. Performance Berasal dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entrie): (1) melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan sesuatu, (3) melaksanakan suatu tanggung jawab, dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Dari masukan tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Defenisi ini menunjukkan bahwa kinerja lebih ditekankan pada proses, di mana selama pelaksanaannya dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan sehingga pencapaian hasil pekerjaan atau kinerja dapat dioptimalkan (Heynes, dalam Sinambela, 2012) dalam (Sinambela, 2016;480).
Beberapa masukan yang berhubungan dengan kinerja ini merupakan faktor prioritas dalam mengoptimalkan kinerja seseorang. Adapula kinerja dapat dibangun melalui penetapan deskripsi jabatan yang jelas dan terukur bagi setiap pejabat (pegawai), sehingga mereka mengerti apa fungsi dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini Haynes dalam Sinambela (2012) dalam Sinambela (2016,484) mendeskripsikan jabatan yang baik akan dapat menjadi landasan, setidaknya ada tujuh hal sebagai berikut; (i) Penentuan gaji (ii) Orientasi (iii) Penilaian kinerja (iv) Pelatihan dan pengembangan (v) Uraian dan perencanaan organisasi (vi) Uraian tanggung jawab.
Dalam konteks kinerja dosen, seluruh perguruan tinggi memiliki acuan atau standar untuk keberlangsungannya. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, bahwasanya mengenai prinsip keprofesionalan dosen terdapat beberapa hal yang perlu dircermati untuk dapat dinilai menjadi strategi dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa diantaranya; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia serta memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas hingga memiliki  kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
Dilain sisi pula diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi, yang memiliki tujuan mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Baik dan tidaknya hasil pengajaran yang diperoleh oleh mahasiswa tergantung dari proses pengajaran, hal ini ditekankan oleh Sudjana (1996) dalam Nurhadi (2012) menyatakan pengajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Salah satu yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran adalah dosen. Cukup beralasan mengapa dosen mempunyai hubungan dominan dengan kualitas pengajaran, sebab dosen adalah sutradara sekaligus aktor dalam proses pengajaran.
Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM) merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan proses belajar mengajar. Menurut Winarni dalam Kizlik (2010) dalam Paseno (2017), peran dosen sebagai instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan adalah sebagai seorang komunikator, pembentuk disiplin, pemberi informasi, penilai,  konselor, anggota dari berbagai kelompok, pengambil keputusan, tokoh panutan, dan mungkin juga sebagai pengganti orang tua. kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan dosen dalam menciptakan suasana komunikatif, afektif, dan psikomotor sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pembelajaran (Suryobroto,1997) dalam Ermiza (2017).
Semua aktivitas sumber daya manusia di perguruan tinggi, harus mampu menghadirkan dosen yang berkualitas dan memiliki budaya kerja, motivasi serta disiplin kerja yang profesional. Melaksanakan tugas keprofesionalan seorang dosen mempunyai kewajiban antara lain (Arwildayanto,2013) dalam (Listyarini,2017): a) Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni; c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Standar mutu kerja dosen menjadi fondasi maupun acuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme kerja dosen sebagai sumber daya manusia yang kompeten.
Supaya pendidikan tinggi dapat berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa.
2.1.2   Penilaian Kinerja Dosen
Penilaian kinerja bukanlah hal yang mudah, perlu kehati-hatian dan kecermatan. Tanpa memperhatikan hal tersebut, penilaian kinerja bisa tidak memenuhi kualitas pengukuran yang dilakukan. Jika ini terjadi tentu saja kinerja yang dihasilkan pegawai tidak dapat dipertanggung jawabkan dan bisa memperoleh kritik yang luas dari pemangku kepentingan khususnya para pegawai. Untuk itulah menurut Veithzal Rifai, Ahmad F.M. Basri (2005) dalam Sinambela (2016:529), perlu diperhatikan mulai dari input hingga output.
1.      Input (masukan)
Harus dicermati agar tidak terjadi pembiasan dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan apa yang ditetapkan dan disepakati faktor-faktor yang akan dinilai sebelumnya sehingga semua pegawai dapat mengetahui dengan pasti faktor-faktor yang akan dinilai dan mempersiapkan diri untuk penilaian tersebut. Agar terdapat kesamaan persepsi maka perlu diketahui ruang lingkup pengukuran
2.      Proses
Sebelum penilaian kinerja dilaksanakan, sebaiknya dilakukan konsultasi dengan sebanyak mungkin pegawai atau kelompok pegawai untuk memastikan bahwa semua aspek dan sistem penilaian yang akan dilaksanakan dapat dihubungkan secara menyeluruh dari pokok-pokok yang berhubungan dengan praktik sehingga dapat berjalan dengan baik
3.      output   (luaran)
penilaian kinerja yang dilakukan pada akhirnya adalah menunjukan output atau hasil penilaian, seperti manfaat, dampak, resiko dari rekomendasi penilaian yang di lakukan selain itu,juga perlu diketahui apakah penilaian yang di lakukan dapat berhasil meningktakan kualitas kerja, motivasi kerja, semangat kerja dan kepuasan kerja, yang akan merefleksi pada peningkatan kinerja pegawai.
Oleh karena itu, pendidikan tidak berorientasi pada hasil  semata-mata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu, penilaian kinerja dosen terhadap motivasi mahasiswa harus dilaksanakan sehingga proses perkuliahan ke depan dapat dilaksanakan secara seimbang. Penilaian dengan hasil belajar semata-mata tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor  mahasiswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan mahasiswa itu disebabkan oleh lemahnya proses belajar mengajar dimana dosen sebagai penangungjawabnya.
Empat Fase Utama dari Penilaian Kinerja
 




















Sumber: Gibson, et all dalam Sinambela (2016:534)

2.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa
Motivasi diambil dari bahasa Inggris yaitu kata motivation yang berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Wiyono, 2007). Dilihat dari arti kata tersebut bahwa motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan untuk menggerakkan seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Heller (1998:6) dalam Wibowo (2017:109) bahwa motivasi merupakan keinginan untuk bertindak. Setiap orang dapat bermotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Robbins dan Judge (2008:222) bahwa kekuataan yang tercipta merupakan hasil dari interaksi antara individu dengan situasi. Sehingga setiap seseorang dapat menentukan intensitas, arah, dan ketekunan pada usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Kekuatan digambarkan sebagai tenaga pendorong diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut di hasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan melalui perilaku yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan (Schiffman dan Kanuk, 2008:72).
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008) dalam Nyavon (2017) mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada perguruan tinggi proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan proses belajar mengajar, banyak faktor yang dapat menjadi penentu. Menurut Ridwan (2006) dalam Paseno (2017) setidaknya ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar yaitu (1) peserta didik (siswa/mahasiswa) dengan segala karakteristiknya untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2) pengajar (dosen) yang selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat untuk mengembangkan semangat belajar sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses pengalaman belajar, dan (3) tujuan, yaitu sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar..
Nugraheni (2012) menjelaskan terdapat dua bentuk motivasi belajar pada mahasiswa diantaranya : Motivasi Ekstrinsik: yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di luar perbuatan belajar (adanya rangsangan dari luar individu). Motivasi ini disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti angka, ijazah tingkatan, hadiah, pertentangan dan persaingan. Peranan pendidik dalam menimbulkan motivasi ekstrinsik sangat penting, agar peserta didik dapat dengan aktif mengikuti kegiatan pendidikan dan diharapkan lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada peserta:
 Belajar untuk lulus ujian
 Belajar supaya mendapat nilai yang baik
 Belajar karena takut dihukum
 Belajar untuk menjadi juara kelas
 Belajar untuk mendapat hadiah
(ii) Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam individu sendiri). Misalnya:
 Belajar karena ingin mengetahui pemecahannya
 Belajar untuk mendapatkan ketrampilan tertentu
 Keinginan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
 Keinginan untuk sukses
 Keinginan diterima orang lain
Uraian di atas menunjukan bahwa motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Hal ini mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi dosen dan mahasiswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Maka dalam hal peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz (2001:115) dalam  Pujadi (2007) melalui pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni perwujudan diri atau aktualisasi diri. Oleh karena itu, jika pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka mahasiswa akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk memahamin setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang bersangkutan.

2.2 Penelitian Terdahulu  
Nugraheni (2012) yang melakukan penelitian deskriptif dengan pendekatan korelasioal dengan sampel 47 orang. Hasil penelitian didapat bahwa nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,88 atau 88%, maka hasil penelitian dapat diinterpretasikan bahwa kinerja dosen berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa, artinya jika kinerja dosen meningkat maka motivasi belajar juga meningkat. Serta sebesar 12% motivasi belajar mahasiswa dipengaruhi faktor lain.
Paseno (2017) yang melakukan penelitian korelasi (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi-S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar yang terdiri dari 406 orang mahasiswa. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai X2hitung= 34,441 dan X2tabel=5,591 sehingga nilai X2hitung > X2tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan kinerja dosen dengan motivasi belajar mahasiswa program studi-S1 keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar.















BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan pendekatan deskriptif, yaitu sebuah pendekatan penulisan yang berusaha menggambarkan apa yang terjadi. Kondisi yang dimaksud adalah bagamana motivasi mahasiswa dan kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair Ternate.
3.2
. Data dan Teknik Pengumpulan
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data hasil wawancara, yang diperoleh dengan cara langsung mewawancarai mahasiswa dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang dinilai berpengalaman dalam mencermati motivasi belajar mahasiswa dan kinerja dosen. Sugiyono (194;2009) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
3.3 Teknik Analisis Data     
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif.
3.4 Sasaran Penulisan
- Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3.5 Tahapan Penulisan
- Menentukan masalah
- Mengumpulkan data penulisan
- Menentukan teknik analisis
- Membuat pembahasan dan penarikan kesimpulan, serta rekomendasi





BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penilaian Kinerja Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun
Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Khairun merupakan salah satu wadah pendidikan dalam menuntut kebutuhan akan memperoleh pengetahuan serta upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan terutama pendidikan tinggi dalam menghasilkan sumber daya manusia terdidik dan profesional. Akan tetapi dalam proses menempuh jalur pendidikan tersebut, sering terdapat beberapa persoalan yang dapat membuat menurunnya mutu kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Ada beragam sebab yang mengindikasikan menurunnya mutu pendidikan. Hasil wawancara penulis dengan narasumber yakni;
Berdasarkan hasil cermatan saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ada beberapa dosen yang kurang memperhatikan ketentuan dalam tugas sebagai dosen. Misalnya dosen tidak tepat waktu, ketika jadwal telah ditetapkan maka dijalankan. Jangan lagi di pindah-pindahkan, karena perubahan jadwal perkuliahan akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan “dosen jadi masuk atau tidak”, ada pula dosen yang tidak masuk walupun telah dirubah jadwalnya. Jadi menurut saya jika dosen yang bersangkutan tidak sanggup jalankan perkuliahan sesuai dengan  jadwal akademik maka harus diganti dosen tersebut.
(Anonim/wawancara, 15/10/2018)

Selaku tenaga pendidik yang profesional dapat diharapkan akan lebih menekankan pada proses pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Ketidakdisiplinan dalam menjalankan tugas yang telah disepakati secara bersama. Seharusnya di perguruan tinggi, harus mampu menghadirkan dosen yang berkualitas dan memiliki budaya kerja, motivasi serta disiplin kerja yang profesional. Melaksanakan tugas keprofesionalan seorang dosen mempunyai kewajiban antara lain (Arwildayanto,2013) dalam (Listyarini,2017) : a) Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni; c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Sikap indisipliner merupakan suatu hal yang dianggap lumrah terjadi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Padahal untuk mewujudkan tujuan proses belajar mengajar, peran dosen sebagai instrumen sangatlah urgen dalam pembentukan karakter mahasiswa. Hal ini dinyatakan pula oleh Winarni dalam Kizlik (2010) dalam Paseno (2017), bahwa dosen sebagai seorang komunikator, pembentuk disiplin, pemberi informasi, penilai,  konselor, anggota dari berbagai kelompok, pengambil keputusan, tokoh panutan, dan mungkin juga sebagai pengganti orang tua.
Kinerja dosen selaku pengajar perlu lebih inovasi dan kreasi, misalnya membuat ukuran-ukuran dalam metode memberikan materi karena beberapa motode yang digunakan dosen sulit dipahami oleh mahasiswa untuk menerima materi, misalnya tidak memberikan contoh-contoh kasus untuk menyederhanakan konsep-konsep materi dan tidak cenderung melakukan latihan soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.
(Anonim/wawancara, 15/10/2018)
Tanpa memperhatikan hal tersebut, penilaian kinerja bisa tidak memenuhi kualitas pengukuran yang dilakukan. Untuk itulah sebagaimana menurut Veithzal Rifai, Ahmad F.M. Basri (2005) dalam Sinambela (2016:529), perlu diperhatikan mulai Input (masukan), Proses, dan output   (luaran).  Penilaian dengan hasil belajar semata-mata tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor  mahasiswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan mahasiswa itu disebabkan oleh lemahnya proses belajar mengajar dimana dosen sebagai penangungjawabnya.
4.2 Meningkatkkan Motivasi Belajar Mahasiswa Melalui Kinerja Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun
Motivasi belajar merupakan kekuatan dari hasil responsif mahasiswa terhadap situasi sehingga dapat menentukan intensitas, arah, dan ketekunan yang menjadi kebutuhannya di perguruan tinggi tersebut. Akan tetapi keberadaan tenaga pendidik sangat penting karena dia satu-satunya instrument dalam perguruan tinggi yang bekerja dari dalam untuk menopang motivasi belajar mahasiswa (Pujadi, 2007).
Menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Hal ini mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi dosen dan mahasiswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Menurut saya, membuat mahasiswa aktif dalam kelas, dosen harus selalu memberikan ruang pertanyaan atau pernyataan kepada mahasiswa agar ada fitback antara dosen dan mahasiswa, supaya menghilangkan kejenuhan mahasiswa ketika berada dalam kelas. Ini merupakan langka yang harus dilakukan dosen agar mahasiswa tidak  merasa jenuh dan bosan saat berada dalam kelas.
(Anonim/wawancara, 16/10/2018)
Bentuk diskusi yang tercipta di dalam kelas merupakan bentuk sederhana dari perwujudan diri atau mengaktualisasikan diri. Maka dalam hal peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz (2001:115) dalam  Pujadi (2007) melalui pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni perwujudan diri atau aktualisasi diri. Supaya pendidikan tinggi dapat berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa.
Sardiman (2008) dalam Nyavon (2017) menambahkan bahwa motivasi merupakan aspek daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
kuliah ini kan muarahnya untuk kerja, untuk apa kuliah jika keluar kalian tidak bekerja” sebelum mahasiswa menyelesaikan studinya dosen-dosen akan membantu dan berusaha mengfokuskan pada pelatihan-pelatihan untuk pengembangan kapasitas mahasiswa. Tujuanya ada keseimbangan antara teori yang kalian dapat di kampus dengan dunia kerja diluar sana, jadi nanti program studi akan melakukan lokakarya kurikulum untuk melakukan pembenahan dan perbaikan sehngga mahasiswa belajar didalam dan kesesuaian dengan dunia kerja
(Anonim/wawancara, 16/10/2018)
Maka dalam hal peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz (2001:115) dalam  Pujadi (2007) melalui pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni perwujudan diri atau aktualisasi diri. Oleh karena itu, jika pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka mahasiswa akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk memahamin setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang bersangkutan. sehingga dengan pengembangan kapasitas, mahasiswa akan mampu menghadapi kompetisi di dunia pekerjaan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Hasil kajian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tanpa melakukan penilaian kinerja dosen, kita tidak akan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada tugas yang di pegang oleh tenaga pendidik khususnya di perguruan tinggi. Masalah diantaranya :
-       Kurang disiplin dan tidak taat terhadap jadwal akademik yang menjadi ketentuan
-       Kurang inovasi dan kreatif dalam ukuran-ukuran untuk metode memberikan materi kepada mahasiswa
2.      Dosen yang mempunyai kinerja yang baik dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa karena tinggi atau rendahnya hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar. Langkah-langkah yang dapat meningkatkan motivasi yakni :
-       Menciptakan ruang diskusi di kelas untuk kesempatan mahasiswa mengaktualisasikan dirinya
-       Mengfokuskan pada pelatihan-pelatihan untuk pengembangan kapasitas mahasiswa
5.2 Saran
1.      Bagi para dosen, merupakan masukan untuk meningkatkan kinerja dosen yang bisa berpengaruhi terhadap motivasi belajar mahasiswa di kelas.
2.      Bagi mahasiswa, merupakan jembatan untuk lebih mengklarifikasikan keadaan yang sebenarnya terjadi di kelas-kelas perkuliahan.






DAFTAR PUSTAKA
Tusriwandi, Wahyuni S. dan Hia, D, Y.  2015. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Kinerja Dosen dalam Proses Belajar Mengajar,  Kepercayaan Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012  STKIP PGRI Sumatera Barat. Jl. Gunung Pangilun No. 1 Padang Sumatera Barat

Nurhadi, Mokhammad. 2012. Hubungan Penampilan, Kompensasi, Pelatihan, Motivasi, Kinerja Dosen Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nahdlatul Ulama Tuban. STIKES NU TUBAN

Paseno, Matilda, M. (2017). Hubungan Kinerja Dosen dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi-S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar. STIK Stella Maris Makassar. Jurnal Mitrasehat, Volume VII Nomor 2, November 2017 ISSN 2089-255.

Listyatini, Dyah. 2017. Pengaruh Pemberian Sertifikasi Dosen, Motivasi Kerja, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kota Semarang. Akademi Kesejahteraan Sosial “IBU KARTINI” Semarang. Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 201.

Nugraheni, Fitri. 2012. Pengaruh Kinerja Dosen Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa  (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMK).   Volume 5, Nomor 1, Juni 2012.

Thoyib, Armanu. Zain, D. dan Rahayu, M. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Dosen dengan Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja sebagai Mediator (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di Jayapura). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cenderawasih Jayapura Jurnal Aplikasi  Manajemen | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012.

Ermiza. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Semester VI di Program Studi DIII Kebidanan. STIKes Fort De Kock  Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 3 Page.

Nyavon, Petrus. 2017. Pengaruh Kinerja Dosen dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Prodi Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. PSIKOBORNEO, Volume 5, Nomor 2, 2017 : 137-146

Sinambela, Lijan Poltak. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia; Membangun Tim Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja. Di terbitkan oleh PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Benge, Eugene J. 1983. Pokok-pokok Manajemen Modern. Diterbitkan oleh PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang  Pendidikan Tinggi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Sulastri, Tuti. 2007. Hubungan Motivasi Berprestasi dan Disiplin dengan Kinerja Dosen. Jurnal Optimal, Vol. 1, No. 1.Maret 2007.

Alhamda, S., dan Rossi, S. 2006. Persepsi Perilaku Kepemimpinan, Perilaku Sebagai Warga Organisasi dan Kinerja Dosen Politeknik Kesehatan Padang Sumatra Barat. Tesis, Universitas Gadja Mada Yogyakarta.

Pujadi, Arko. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa : Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Business dan Management Journal Bunda Mulia, Vol. 3, No. 2, September 2007.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetakan ke-14, Penerbit Alfabeta Bandung.

Wibowo. 2017.  Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Ke-3, Cetakan ke-5, Mei 2017. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Depok.

Schiffman, Leon dan Leslie L. Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi ke-7, cetakan ke-4. Penerbit PT. Indeks. Penerjemah; Zoelkifli Kasip.

Robbins, P. Stephen dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Buku 1, edisi 12. Penerbit Salemba Empat, jakarta 2008.  Penerjemah; Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid.