KINERJA DOSEN DAN MOTIVASI MAHASISWA
(Studi
Kasus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun)
Diajukan Untuk Mengikuti
Lomba Riset
Nama :
Furkan
A. Sangaji
M.
Rifai Badaruddin
Nurhasanah
Kamarullah
|
NPM :
02031611007
02031711053
02031711109
|
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi............................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
BAB BAB I PENDAHULUAN
1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1 1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1 1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.......................................................................................... 5
2.1.1 Kinerja Dosen ........................................................................................ 5
2.1.2 Penilaian Kinerja Dosen ........................................................................ 8
2.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa .................................................................. 10
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 13
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan Penulisan................................................................................ 14
3.2 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 14
3.3 Teknik Analisis.......................................................................................... 14
3.4 Sasaran Penulisan.......................................................................................14
3.5 Tahapan Penulisan .................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penilaian kinerja
dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun 15
4.2 Meningkatkkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................19
5.2 Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa yang telah
memberikan kita limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini, tak lupa pula penulis panjat salawat serta salam
kepada nabi Allah Mahammad SAW serta para sahabatnya dan keluarganya yang telah
memperjuangkan Islam.
Penulisan
ini dibuat dengan maksud untuk menambah pemahaman mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Khairun Ternate terkait dengan kinerja dosen dan
motivasi belajar mahasiswa. Penulisan ini juga bertujuan untuk menjadikan bahan
evaluasi bagi seluruh Dosen sehingga mampu memberi pengajaran yang dapat
memotivasi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan serta lebih tekun dan giat
untuk belajar kepada seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Khairun Ternate. Sehingga dapat meningkatkan prestasi
akademik para mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Khirun Ternate.
Penulis ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tulisan ini. Berkat bantuan dan do’a penulis dapat menyelesaikan
tulisan ini dengan tepat waktu. Tulisan ini takkan sempurna jika tidak ada
sumbangsi materi dari semua pihak yang telah mebantu penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan oleh penulis demi
kesempurnaan tulisan ini.
Ternate, 23 Oktober 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah satu
wadah yang dimana telah menjadi kebutuhan dalam pembinaan yang mampu merubah
manusia yang lebih bermartabat. Karena manusia harus memiliki pijakan dalam
merubah paradigma yang dapat membangun sebuah peradaban baru. Maka dari itu,
pendidikan sangatlah penting dalam hidup berbangsa dan bernegara. Khususnya
dalam pendidikan Indonesia yang telah diamanatkan dalam UUD 1945. Berdasarkan konstitusi
sebelumnya, bahwa tujuan dari pendidikan
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dewasa ini kita diperhadapkan dengan suatu bentuk bagaimana
cara menjadi Negara yang maju terutama di bidang pendidikan. Sebagaimana di
ketahui bawasannya dalam sistem
pendidikan Indonesia mengacu pada sisitem pendidikan Nasional yang merupakan sistem
pendidikan yang membawa kemajuan dan perkembangan bangsa serta menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah-ubah saat ini. Dalam hal ini tertuang dalam
UU RI NO. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah sebagai berikut:
“ Terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah ”
Adapun misi yang diemban oleh SISDIKNAS adalah:
“Mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi
seluruh rakyat (UU RI SISDIKNAS:41).”
Oleh karena itu, bangsa
Indonesia di tuntut memiliki keunggulan dalam berbagai bidang kehidupan agar mampu
bersaing dengan bangsa lain. Untuk itu upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan terutama pendidikan tinggi dalam menghasilkan sumber
daya manusia terdidik dan profesional. Menurut Sulastri (2007) Bahwa untuk
menghasilkan sarjana yang berkualitas sesuai kebutuhan masyarakat dan dapat
bersaing di pasar bebas, perguruan tinggi harus menata manejemen diantaranya
menilai efektif kerja dosen dengan cara memperbaiki sikap, perilaku,
keterampilan, dan meningkatkan pengetahuan para dosen sesuai dengan keinginan
perguruan tinggi yang akan berpengaruh terhadap kualitas dosen dan hasil
perguruan tinggi.
Akan tetapi mengenai
fenomena yang saat kita sebagai mahasiswa rasakan secara bersama, masih
dihadapkan oleh pelbagai banyak persoalan/kelemahan apabila dibandingkan dengan
harapan masyarakat dan juga apabila dibandingkan dengan perguruan tinggi
negara-negara lain yang masih sama dalam kategori negara berkembang. Hal ini
ditegaskan oleh Isham (2004:4) dalam Thoyib et all (2012) bahwa kelemahan dalam
perguruan tinggi salah satunya adalah rendahnya kinerja dosen, sebagaimana yang
sering diungkapkan oleh mahasiswa diantaranya adalah : (i) kurang mempersiapkan
materi perkuliahan yang mau diajarkan, (ii) sering tidak masuk kelas dan tidak
datang ke kampus, (iii) sering mendelegasikan tugas mengajar kepada para
asisten, (iv) tidak membahas tugas-tugas dan latihan/ ujian yang diberikan agar
mahasiswa mengetahui dimana kesalahannya, (v) membuat ketentuan penilaian ujian
yang berbeda-beda antar sesama dosen, dan (vi) susah dihubungi atau dijumpai
apabila ingin berkonsultasi atau meminta penjelasan atas sesuatu hal.
Disamping itu masih
rendahnya kinerja dosen juga diindikasikan fakta berikut: (i) dosen mengajar
kurang mecocokan dengan silabus, (ii) media dan metoda yang digunakan dalam
proses belajar mengajar yang kurang bervariasi, (iii) mempunyai kecenderungan
untuk mengajar materi pelajaran yang
sama pada tahun ajaran yang berikutnya, (iv) hasil penataran kurang
disosialisasikan, dan (v) jam perkuliahan dimulai kuran tepat waktu oleh
sebagian dosen (Alhamda dan Sanusi, 2006).
Oleh karena itu, kinerja dosen merupakan salah
satu instrumen dalam perguruan tinggi untuk peningkatan motivasi belajar
mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz
(2001:115) dalam Pujadi (2007) melalui
pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri.
Jika pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka
gelar kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama
mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya
tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula
belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan
gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika
pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka mahasiswa
akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya
untuk memahami setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang bersangkutan.
Tusriwandi
(2015) menyatakan bahwa dosen
yang mempunyai kinerja yang baik dalam proses belajar mengajar akan dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa karena tinggi atau rendahnya hasil belajar
yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar. Oleh karena itu dosen yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara
aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam rangka ini dosen tidak semata –
mata sebagai “pengajar” yang melakukan Transfer Of Knowledge, tetapi
juga sebagai “pendidik” yang
melakukan Transfer Of Values dan sekaligus
sebagai pembimbing yang memberikan
pengarahan dan menuntun peserta
didiknya dalam belajar (Mulyasa,
2005) dalam Nurhadi (2012).
Dengan demikian dosen
selaku tenaga pendidik di perguruan tinggi merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mampu menampilkan semua kemampuan
dan potensi yang dimilikinya. Keberadaan tenaga pendidik sangat penting karena
dia satu-satunya instrument dalam perguruan tinggi yang bekerja dari dalam
untuk menopang motivasi belajar mahasiswa (Pujadi, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas
maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Penilaian kinerja dosen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun?
2.
Bagaimana
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Khairun?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas penulisan
ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Menjelaskan penilaian kinerja dosen di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun
2.
Menjelaskan
cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa melalui kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univeristas Khairun
1.4.
Manfaat Penulisan
1.
Bermanfaat bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Perluasan pengetahuan dan meningkatkan
wawasan basic keilmuan.
2.
Bermanfaat bagi
dosen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk menjadi bahan evaluasi dalam proses
pengajaran.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Kinerja Dosen
Kinerja seringkali digunakan artinya untuk capaian kerja
yang di peroleh seseorang dalam mengembang suatu pekerjaan/tanggung jawab yang
telah disepakati secara bersama. Kinerja didefinisikan
sebagai hubungan antara hasil kerja nyata dengan harapan yang telah ditetapkan
sebelumnya atau pembandingan dengan hasil yang dicapai oleh orang lain (Robbins,2001) dalam (Nugraheni, 2012).
Akan tetapi kinerja lebih menekankan pada proses
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Sinambela, dkk (2011) dalam
Sinambela (2016;480) mengemukakan bahwa kinerja didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja sangatlah perlu,
sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu yang dibebankan kepadanya, untuk itu, diperlukan penentuan
kriteria yang jelas dan terukur, serta ditetapkan secara besama-sama untuk
dijadikan sebagai acuan.
Jika ditinjau berdasarkan etimologinya, kinerja berasal
dari kata performace. Performance Berasal
dari kata to perform yang mempunyai
beberapa masukan (entrie): (1)
melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan sesuatu, (3) melaksanakan suatu
tanggung jawab, dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Dari masukan
tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah pelaksanaan suatu pekerjaan dan
penyempurnaan pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Defenisi ini
menunjukkan bahwa kinerja lebih ditekankan pada proses, di mana selama
pelaksanaannya dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan sehingga pencapaian hasil
pekerjaan atau kinerja dapat dioptimalkan (Heynes, dalam Sinambela, 2012) dalam
(Sinambela, 2016;480).
Beberapa masukan yang berhubungan dengan kinerja ini
merupakan faktor prioritas dalam mengoptimalkan kinerja seseorang. Adapula
kinerja dapat dibangun melalui penetapan deskripsi jabatan yang jelas dan
terukur bagi setiap pejabat (pegawai), sehingga mereka mengerti apa fungsi dan
tanggung jawabnya. Dalam hal ini Haynes dalam Sinambela (2012) dalam Sinambela
(2016,484) mendeskripsikan jabatan yang baik akan dapat menjadi landasan,
setidaknya ada tujuh hal sebagai berikut; (i) Penentuan gaji (ii) Orientasi
(iii) Penilaian kinerja (iv) Pelatihan dan pengembangan (v) Uraian dan
perencanaan organisasi (vi) Uraian tanggung jawab.
Dalam konteks kinerja dosen, seluruh perguruan tinggi
memiliki acuan atau standar untuk keberlangsungannya. Sebagaimana diatur dalam
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, bahwasanya mengenai
prinsip keprofesionalan dosen terdapat beberapa hal yang perlu dircermati untuk dapat dinilai menjadi strategi dalam
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa diantaranya; memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia serta
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas hingga
memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
Dilain sisi pula diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun
2012 Tentang Perguruan Tinggi, yang memiliki tujuan mengembangkan potensi
mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. Baik dan tidaknya hasil
pengajaran yang diperoleh oleh mahasiswa tergantung dari proses pengajaran, hal
ini ditekankan oleh Sudjana (1996) dalam Nurhadi (2012) menyatakan pengajaran
adalah suatu proses terjadinya interaksi
antara dosen dengan mahasiswa. Salah
satu yang diduga mempengaruhi kualitas
pengajaran adalah dosen. Cukup beralasan
mengapa dosen mempunyai hubungan
dominan dengan kualitas pengajaran,
sebab dosen adalah sutradara sekaligus
aktor dalam proses pengajaran.
Dalam
keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar (PBM) merupakan aktivitas
yang paling penting, karena melalui proses inilah tujuan pendidikan akan
tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan
proses belajar mengajar. Menurut
Winarni dalam Kizlik (2010)
dalam Paseno (2017), peran dosen sebagai instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah sebagai seorang komunikator, pembentuk disiplin, pemberi informasi,
penilai, konselor, anggota dari berbagai
kelompok, pengambil keputusan, tokoh panutan, dan mungkin juga sebagai
pengganti orang tua. kemampuan
mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan dosen dalam
menciptakan suasana komunikatif, afektif, dan psikomotor sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan
tindak lanjut hingga tercapai tujuan pembelajaran (Suryobroto,1997) dalam Ermiza (2017).
Semua
aktivitas sumber daya manusia
di perguruan tinggi, harus mampu menghadirkan
dosen yang berkualitas dan memiliki
budaya kerja, motivasi serta disiplin
kerja yang profesional. Melaksanakan
tugas keprofesionalan seorang
dosen mempunyai kewajiban antara lain
(Arwildayanto,2013) dalam
(Listyarini,2017): a) Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni; c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Standar mutu kerja dosen menjadi fondasi maupun acuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme kerja dosen sebagai sumber daya manusia yang kompeten.
Supaya
pendidikan tinggi dapat berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa,
sehingga mampu mengembangkan
kapabilitas intelektual mahasiswa
untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, dan mampu berkontribusi pada
daya saing bangsa.
2.1.2 Penilaian
Kinerja Dosen
Penilaian
kinerja bukanlah hal yang mudah, perlu kehati-hatian dan kecermatan. Tanpa
memperhatikan hal tersebut, penilaian kinerja bisa tidak memenuhi kualitas pengukuran yang dilakukan.
Jika ini terjadi tentu saja kinerja yang dihasilkan pegawai tidak dapat
dipertanggung jawabkan dan bisa memperoleh kritik yang luas dari pemangku
kepentingan khususnya para pegawai. Untuk itulah menurut Veithzal Rifai, Ahmad
F.M. Basri (2005) dalam Sinambela
(2016:529), perlu diperhatikan mulai dari input hingga output.
1.
Input (masukan)
Harus
dicermati agar tidak terjadi pembiasan dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan
apa yang ditetapkan dan disepakati faktor-faktor yang akan dinilai sebelumnya
sehingga semua pegawai dapat mengetahui dengan pasti faktor-faktor yang akan
dinilai dan mempersiapkan diri untuk penilaian tersebut. Agar terdapat kesamaan
persepsi maka perlu diketahui ruang lingkup pengukuran
2.
Proses
Sebelum
penilaian kinerja dilaksanakan, sebaiknya dilakukan konsultasi dengan sebanyak
mungkin pegawai atau kelompok pegawai untuk memastikan bahwa semua aspek dan
sistem penilaian yang akan dilaksanakan dapat dihubungkan secara menyeluruh
dari pokok-pokok yang berhubungan dengan praktik sehingga dapat berjalan dengan
baik
3.
output
(luaran)
penilaian
kinerja yang dilakukan pada akhirnya adalah menunjukan output atau hasil penilaian, seperti manfaat, dampak, resiko
dari rekomendasi penilaian yang di lakukan selain itu,juga perlu diketahui
apakah penilaian yang di lakukan dapat berhasil meningktakan kualitas kerja, motivasi
kerja, semangat kerja dan kepuasan kerja, yang akan merefleksi pada peningkatan
kinerja pegawai.
Oleh karena itu, pendidikan tidak
berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu, penilaian kinerja dosen terhadap motivasi mahasiswa harus
dilaksanakan sehingga proses
perkuliahan ke depan dapat dilaksanakan
secara seimbang. Penilaian dengan
hasil belajar semata-mata
tanpa menilai proses, cenderung melihat faktor mahasiswa
sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan.
Padahal tidak mustahil kegagalan mahasiswa
itu disebabkan oleh lemahnya proses
belajar mengajar dimana dosen sebagai penangungjawabnya.
Empat Fase Utama dari Penilaian
Kinerja
Sumber: Gibson, et all dalam Sinambela (2016:534)
2.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa
Motivasi
diambil dari bahasa Inggris yaitu kata motivation yang berasal dari
bahasa latin movere
yang
artinya menggerakkan (Wiyono, 2007). Dilihat dari arti kata tersebut bahwa motivasi biasanya timbul karena
adanya kebutuhan untuk menggerakkan seseorang. Sebagaimana dinyatakan oleh
Robert Heller (1998:6) dalam Wibowo (2017:109) bahwa motivasi merupakan
keinginan untuk bertindak. Setiap orang dapat bermotivasi oleh beberapa
kekuatan yang berbeda.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Robbins dan Judge
(2008:222) bahwa kekuataan yang tercipta merupakan hasil dari interaksi antara
individu dengan situasi. Sehingga setiap seseorang dapat menentukan intensitas,
arah, dan ketekunan pada usaha untuk mencapai tujuan tertentu. Kekuatan digambarkan
sebagai tenaga pendorong diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut di hasilkan
oleh keadaan tertekan, yang
timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. individu secara sadar maupun tanpa sadar
berjuang untuk mengurangi ketegangan melalui perilaku yang mereka harapkan akan
memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari
tekanan yang mereka rasakan
(Schiffman dan Kanuk, 2008:72).
Motivasi
merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa
semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju
pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008) dalam Nyavon (2017) mendefinisikan
motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam
individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya
karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh
lingkungan.
Dalam
dunia pendidikan, khususnya pada perguruan tinggi proses
belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses
inilah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan perilaku peserta
didik. Untuk mewujudkan tujuan proses belajar mengajar, banyak faktor yang
dapat menjadi penentu. Menurut Ridwan (2006)
dalam Paseno (2017) setidaknya ada tiga
unsur yang harus terdapat dalam proses belajar mengajar yaitu (1) peserta didik
(siswa/mahasiswa) dengan segala karakteristiknya
untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2)
pengajar (dosen) yang selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat untuk mengembangkan semangat belajar sehingga
memungkinkan untuk terjadinya proses pengalaman belajar, dan (3) tujuan, yaitu
sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar..
Nugraheni (2012) menjelaskan terdapat dua bentuk motivasi
belajar pada mahasiswa diantaranya : Motivasi Ekstrinsik:
yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di luar perbuatan
belajar (adanya rangsangan dari luar individu). Motivasi ini disebabkan oleh
faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti angka, ijazah tingkatan,
hadiah, pertentangan dan persaingan.
Peranan pendidik dalam menimbulkan motivasi ekstrinsik sangat penting, agar
peserta didik dapat dengan aktif mengikuti kegiatan pendidikan dan diharapkan
lambat laun akan timbul kesadaran sendiri pada peserta:
Belajar untuk lulus ujian
Belajar supaya mendapat nilai yang baik
Belajar karena takut dihukum
Belajar untuk menjadi juara kelas
Belajar untuk mendapat hadiah
(ii) Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak di dalam perbuatan belajar (adanya
rangsangan dari dalam individu sendiri). Misalnya:
Belajar karena ingin mengetahui pemecahannya
Belajar untuk mendapatkan ketrampilan tertentu
Keinginan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
Keinginan untuk sukses
Keinginan diterima orang lain
Uraian di atas menunjukan bahwa motivasi belajar dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Hal
ini mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses
interaksi dosen dan mahasiswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat
mendidik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Maka dalam hal peningkatan motivasi
belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam
koontz (2001:115) dalam Pujadi (2007) melalui
pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan
manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni
perwujudan diri atau aktualisasi diri. Oleh karena itu, jika
pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar
kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama
mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya
tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula
belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan
gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika
pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka
mahasiswa akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang
dimilikinya untuk memahamin setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang
bersangkutan.
2.2
Penelitian Terdahulu
Nugraheni (2012) yang melakukan penelitian deskriptif dengan pendekatan
korelasioal dengan sampel 47 orang. Hasil penelitian didapat bahwa nilai koefisien determinasi (R
square) sebesar 0,88 atau 88%, maka hasil penelitian dapat diinterpretasikan
bahwa kinerja dosen berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa,
artinya jika kinerja dosen meningkat maka motivasi belajar juga meningkat.
Serta sebesar 12% motivasi belajar mahasiswa dipengaruhi faktor lain.
Paseno (2017) yang melakukan
penelitian korelasi
(hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi-S1 Keperawatan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar yang terdiri dari 406 orang
mahasiswa. Dari
hasil uji statistik diperoleh nilai X2hitung= 34,441 dan X2tabel=5,591 sehingga
nilai X2hitung > X2tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
hubungan kinerja dosen dengan motivasi belajar mahasiswa program studi-S1
keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan
Penulisan
Makalah ini ditulis dengan pendekatan deskriptif, yaitu sebuah
pendekatan penulisan yang berusaha menggambarkan apa yang terjadi. Kondisi yang
dimaksud adalah bagamana motivasi
mahasiswa dan kinerja dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair Ternate.
3.2
. Data dan Teknik Pengumpulan
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data
hasil wawancara,
yang diperoleh dengan cara langsung mewawancarai mahasiswa dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang dinilai berpengalaman
dalam mencermati motivasi belajar mahasiswa dan kinerja
dosen. Sugiyono (194;2009) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti
3.3 Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan
makalah ini adalah metode deskriptif yang bersifat kualitatif.
3.4 Sasaran
Penulisan
- Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3.5 Tahapan
Penulisan
- Menentukan
masalah
- Mengumpulkan
data penulisan
- Menentukan
teknik analisis
- Membuat
pembahasan dan penarikan kesimpulan, serta rekomendasi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penilaian Kinerja Dosen di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Khairun
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis universitas Khairun merupakan salah satu wadah pendidikan dalam
menuntut kebutuhan akan memperoleh pengetahuan serta upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan terutama pendidikan
tinggi dalam menghasilkan sumber daya manusia terdidik dan profesional. Akan tetapi dalam proses menempuh jalur pendidikan
tersebut, sering terdapat beberapa persoalan yang dapat membuat menurunnya mutu
kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Ada beragam sebab yang
mengindikasikan menurunnya mutu pendidikan. Hasil wawancara penulis dengan
narasumber yakni;
Berdasarkan hasil cermatan saya di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Ada beberapa dosen yang kurang memperhatikan ketentuan dalam tugas
sebagai dosen. Misalnya dosen
tidak tepat waktu, ketika jadwal telah
ditetapkan maka dijalankan. Jangan
lagi di pindah-pindahkan, karena perubahan jadwal perkuliahan akan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan “dosen jadi masuk atau tidak”, ada pula dosen yang tidak masuk walupun telah dirubah jadwalnya. Jadi menurut
saya jika dosen yang bersangkutan tidak sanggup jalankan perkuliahan sesuai
dengan jadwal akademik maka harus
diganti dosen tersebut.
(Anonim/wawancara, 15/10/2018)
Selaku tenaga
pendidik yang profesional dapat diharapkan akan lebih menekankan pada proses pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Ketidakdisiplinan
dalam menjalankan tugas yang telah disepakati secara bersama. Seharusnya
di perguruan tinggi, harus mampu menghadirkan
dosen yang berkualitas dan memiliki
budaya kerja, motivasi serta disiplin
kerja yang profesional. Melaksanakan
tugas keprofesionalan seorang
dosen mempunyai kewajiban antara lain
(Arwildayanto,2013) dalam
(Listyarini,2017) : a)
Melaksanakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat; Merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran,
serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran; b)
Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni; c)
Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif
atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu,
atau latar belakang sosial ekonomi peserta
didik dalam pembelajaran. d)
Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum, dan kode etik, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan e)
Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.
Sikap indisipliner merupakan suatu hal yang dianggap
lumrah terjadi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Padahal untuk
mewujudkan tujuan proses belajar mengajar, peran dosen sebagai instrumen sangatlah urgen dalam pembentukan karakter
mahasiswa. Hal ini dinyatakan pula oleh Winarni dalam Kizlik
(2010) dalam Paseno (2017), bahwa dosen sebagai
seorang komunikator, pembentuk disiplin, pemberi informasi, penilai, konselor, anggota dari berbagai kelompok,
pengambil keputusan, tokoh panutan, dan mungkin juga sebagai pengganti orang
tua.
Kinerja dosen selaku pengajar perlu lebih inovasi dan
kreasi, misalnya membuat ukuran-ukuran dalam metode memberikan materi karena
beberapa motode yang digunakan dosen sulit dipahami oleh mahasiswa untuk
menerima materi, misalnya tidak memberikan contoh-contoh kasus untuk menyederhanakan
konsep-konsep materi dan tidak cenderung melakukan latihan soal-soal yang
berhubungan dengan materi tersebut.
(Anonim/wawancara, 15/10/2018)
Tanpa
memperhatikan hal tersebut, penilaian kinerja bisa tidak memenuhi kualitas pengukuran yang dilakukan. Untuk itulah sebagaimana menurut Veithzal
Rifai, Ahmad F.M. Basri (2005)
dalam Sinambela (2016:529), perlu diperhatikan mulai Input
(masukan), Proses, dan output (luaran). Penilaian dengan hasil belajar semata-mata tanpa menilai
proses, cenderung melihat faktor mahasiswa
sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan.
Padahal tidak mustahil kegagalan mahasiswa
itu disebabkan oleh lemahnya proses
belajar mengajar dimana dosen sebagai penangungjawabnya.
4.2 Meningkatkkan Motivasi
Belajar
Mahasiswa
Melalui Kinerja Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun
Motivasi belajar
merupakan kekuatan dari hasil responsif mahasiswa terhadap situasi sehingga
dapat menentukan intensitas, arah, dan ketekunan yang menjadi kebutuhannya di
perguruan tinggi tersebut. Akan tetapi keberadaan tenaga
pendidik sangat penting karena dia satu-satunya instrument dalam perguruan
tinggi yang bekerja dari dalam untuk menopang motivasi belajar mahasiswa
(Pujadi, 2007).
Menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai. Hal
ini mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses
interaksi dosen dan mahasiswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat
mendidik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Menurut saya, membuat mahasiswa aktif dalam kelas,
dosen harus selalu memberikan ruang pertanyaan atau pernyataan
kepada mahasiswa agar ada fitback antara
dosen dan mahasiswa, supaya menghilangkan
kejenuhan mahasiswa ketika berada dalam kelas.
Ini merupakan langka yang harus dilakukan dosen agar mahasiswa tidak
merasa jenuh dan bosan saat berada dalam kelas.
(Anonim/wawancara,
16/10/2018)
Bentuk diskusi yang tercipta di dalam kelas merupakan
bentuk sederhana dari perwujudan diri atau mengaktualisasikan diri. Maka dalam
hal peningkatan
motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana dinyatakan oleh Barelson dan Steiner
dalam koontz (2001:115) dalam Pujadi (2007) melalui
pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan
manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni
perwujudan diri atau aktualisasi diri. Supaya pendidikan
tinggi dapat berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan mahasiswa,
sehingga mampu mengembangkan
kapabilitas intelektual mahasiswa
untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, dan mampu berkontribusi pada
daya saing bangsa.
Sardiman
(2008) dalam Nyavon (2017)
menambahkan bahwa
motivasi merupakan aspek daya
penggerak di dalam diri mahasiswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
kuliah ini kan muarahnya
untuk kerja,
untuk apa kuliah jika keluar kalian tidak bekerja” sebelum mahasiswa menyelesaikan studinya dosen-dosen akan membantu dan berusaha
mengfokuskan pada pelatihan-pelatihan untuk pengembangan kapasitas mahasiswa. Tujuanya ada
keseimbangan antara teori yang kalian dapat di kampus dengan dunia kerja diluar
sana, jadi nanti program studi akan melakukan
lokakarya kurikulum untuk melakukan pembenahan
dan perbaikan sehngga mahasiswa belajar didalam dan
kesesuaian dengan dunia kerja
(Anonim/wawancara,
16/10/2018)
Maka
dalam hal peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Sebagaimana
dinyatakan oleh Barelson dan Steiner dalam koontz (2001:115) dalam Pujadi
(2007) melalui
pendekatan hirarki kebutuhan Maslow, menjadi kebutuhan akan aktualisasi diri. Hal ini dipertegas oleh Benge (1983:95) bahwa kebutuhan
manusia yang paling luas di terima oleh orang adalah hirarki tingkat ke-5 yakni
perwujudan diri atau aktualisasi diri. Oleh karena itu, jika
pendidikan tinggi dianggap hanya sebagai kebutuhan akan penghargaan, maka gelar
kesarjanaanlah dan bukan penguasaan ilmu yang akan menjadi tujuan utama
mahasiswa dalam mengikuti pendidikan tinggi. Sehingga ketika dalam kenyataannya
tujuan itu bisa dicapai tanpa harus bersusah payah belajar, buat apa pula
belajar. Kelak diakhir proses pendidikannya, mahasiswa sudah merasa puas akan
gelar dibelakang namanya dan demikian membuatnya bangga. Sebaliknya jika
pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan akan aktualisasi diri, maka
mahasiswa akan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi yang
dimilikinya untuk memahamin setiap bahan pembelajaran oleh dosen yang
bersangkutan. sehingga dengan
pengembangan kapasitas, mahasiswa akan mampu menghadapi kompetisi di dunia
pekerjaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Hasil
kajian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tanpa melakukan penilaian kinerja
dosen, kita tidak akan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada tugas yang
di
pegang oleh tenaga pendidik khususnya di perguruan
tinggi. Masalah diantaranya :
- Kurang disiplin dan tidak taat terhadap jadwal akademik
yang menjadi ketentuan
- Kurang inovasi dan kreatif dalam ukuran-ukuran untuk
metode memberikan materi kepada mahasiswa
2.
Dosen yang mempunyai kinerja yang baik
dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
karena tinggi atau rendahnya hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi
oleh motivasi belajar.
Langkah-langkah yang dapat meningkatkan motivasi yakni :
- Menciptakan ruang diskusi di kelas untuk kesempatan
mahasiswa mengaktualisasikan dirinya
- Mengfokuskan pada pelatihan-pelatihan untuk pengembangan
kapasitas mahasiswa
5.2 Saran
1. Bagi
para dosen, merupakan masukan untuk meningkatkan kinerja dosen yang bisa
berpengaruhi terhadap motivasi belajar mahasiswa
di kelas.
2. Bagi
mahasiswa, merupakan jembatan untuk lebih mengklarifikasikan keadaan yang
sebenarnya terjadi di kelas-kelas perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Tusriwandi, Wahyuni S. dan Hia, D, Y. 2015. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Kinerja
Dosen dalam Proses Belajar Mengajar, Kepercayaan Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2012 STKIP
PGRI Sumatera Barat. Jl. Gunung Pangilun No. 1 Padang Sumatera Barat
Nurhadi, Mokhammad. 2012. Hubungan Penampilan, Kompensasi, Pelatihan,
Motivasi, Kinerja Dosen Dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Nahdlatul Ulama Tuban. STIKES NU TUBAN
Paseno, Matilda,
M. (2017). Hubungan Kinerja Dosen dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program
Studi-S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar. STIK Stella Maris
Makassar. Jurnal Mitrasehat, Volume VII Nomor 2, November 2017 ISSN 2089-255.
Listyatini,
Dyah. 2017. Pengaruh Pemberian Sertifikasi Dosen, Motivasi Kerja, dan Disiplin
Kerja Terhadap Kinerja Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kota Semarang. Akademi Kesejahteraan Sosial “IBU KARTINI”
Semarang. Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI
No.20 Tahun 201.
Nugraheni,
Fitri. 2012. Pengaruh Kinerja
Dosen Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
UMK). Volume 5, Nomor 1, Juni 2012.
Thoyib, Armanu.
Zain, D. dan Rahayu, M. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Dosen dengan
Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja sebagai Mediator (Studi
pada Perguruan Tinggi Swasta di Jayapura). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Cenderawasih Jayapura Jurnal Aplikasi Manajemen |
VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012.
Ermiza. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Semester
VI di Program Studi DIII Kebidanan. STIKes Fort De
Kock Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 3 Page.
Nyavon, Petrus. 2017. Pengaruh Kinerja
Dosen dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Prodi Sosiatri Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. PSIKOBORNEO,
Volume 5, Nomor 2, 2017 : 137-146
Sinambela, Lijan Poltak.
(2016). Manajemen Sumber Daya Manusia;
Membangun Tim Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja. Di terbitkan
oleh PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Benge, Eugene J. 1983. Pokok-pokok Manajemen Modern.
Diterbitkan oleh PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Sulastri, Tuti. 2007.
Hubungan Motivasi Berprestasi dan Disiplin dengan Kinerja Dosen. Jurnal Optimal, Vol. 1, No. 1.Maret 2007.
Alhamda, S., dan Rossi,
S. 2006. Persepsi Perilaku Kepemimpinan, Perilaku Sebagai Warga Organisasi dan
Kinerja Dosen Politeknik Kesehatan Padang Sumatra Barat. Tesis, Universitas Gadja Mada Yogyakarta.
Pujadi, Arko. 2007.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa : Studi Kasus pada
Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Business
dan Management Journal Bunda Mulia, Vol. 3, No. 2, September 2007.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetakan ke-14, Penerbit Alfabeta
Bandung.
Wibowo. 2017. Perilaku
Dalam Organisasi. Edisi Ke-3, Cetakan ke-5, Mei 2017. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Depok.
Schiffman, Leon dan
Leslie L. Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi ke-7, cetakan ke-4. Penerbit
PT. Indeks. Penerjemah; Zoelkifli Kasip.
Robbins, P. Stephen dan
Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Buku 1,
edisi 12. Penerbit Salemba Empat, jakarta 2008.
Penerjemah; Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid.